Dalam kajian berikut ini akan dijelaskan mengenai berbagai hai yang menyangkut mengenai penderitaan dalam cakupannya pada kehidupan manusia.
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
1. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
2. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran existensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya
.
Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia.
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita, Allah berfirman:
yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11).
Read More...
Selasa, 02 November 2010
Manusia dan Penderitaan
Minggu, 31 Oktober 2010
Manusia dan Keindahan
Dalam tulisan kali ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara manusia dan keindahan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang keindahan,keserasian, dan hubungannya dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Pengertian Keindahan
Keindahan adalah sifat-sifat yang merujuk kepada sesuatu yang indah di mana manusia mengekspresikan perasaan indah tersebut melalui berbagai hal yang mengandung unsur estetis yang dinilai secara umum oleh masyarakat.
Keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (Beauty as an abstract quality)menggambarkan sesuatu yang kontemporer dan bersifat nonrealistic di mana sang pencipta karya menggambarkan sesuatu yang tidak bisa dimengerti secara umum dan tidak sesuai dengan realita.
Keindahan sebagai kualitas abstrak menggambarkan suatu bentuk dalam yang keindahan di mana keindahan tersebut bersifat eksklusif dan hanya dapat dimengerti oleh orang yang menciptakan keindahan tersebut berdasarkan apa yang dipahaminya.
Keindahan sebagai benda tertentu yang menunjukkan keindahan keindahan memiliki konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan kualitas abstrak di mana benda yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang mewakili keindahan secara umum dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami oleh masyarakat.
Contoh keindahan dalam bentuk benda:
Secara alami: Manusia menaruh rasa kagum atas keindahan alam yang merupakan ciptaan dari Yang Maha Kuasa
Buatan tangan: Karya seni yang memiliki nilai estetika yang dapat dinilai oleh manusia.
Keindahan adalah suatu hal yang memiliiki definisi yang luas dan pandangan mengenai keindahan masing-masing berbeda dari setiap ahli, tergantung bidang yang digeluti oleh orang tersebut.
Keindahan atau "beauty" adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila melihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.Keindahan juga dapat memberikan kita rasa keingintahuan tentang hal tersebut semakin terus bertambah.contohnya jika kita bermusik,kita akan semakin mencari 'feel' apa yang cocok untuk hati kita.
Dalam cangkupannya mengenai kehidupan sehari-hari, manusia adalah manusia yang hidup di alam estetika di mana setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai nilai-nilai estetika (keindahan).
Nilai estetik dalam bidang filsafat dijelaskan bahwa nilai estetik dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak dan berharga (worth) atau kebaikan (goodness). Sehingga dapat juga diartikan bahwa nilai estetika berarti kemampuan suatu benda dalam memuaskan keinginan manusia akan keindahan.
Nilai ekstrinsik:
Sifat baik dari suatu benda sebagai suatu alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value) yaitu sebagai alat yang membantu.
Nilai Intrinsik:
Sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri.
Kontemplasi:
adalah kebulatan pikiran dengan tekad penuh yang disertai dengan renungan dari dalam diri seseorang. Di mana hubungannya dalam keindahan adalah keinginan manusia untuk menciptakan suatu keindahan.
Ekstansi:
Sedangkan ekstansi adalah keinginan atau hasrat manusia yang timbul untuk menikmati keindahan.
Dalam menikmati keindahan dibutuhkan sifat gabungan antara kontemplasi dan ekstansi agar seseorang dapat menilai sebuah karya seni secara seimbang. Apabila kontemplasi dan ekstansi dihubungkan dengan kreatifitas kaka kontemplasi merupakan faktor pendorong untuk menciptakan keindahan sedangkan ekstansi merupakan faktor pendorong untuk menikmati keindahan.
Derajat kontempalsi dan ekstansi masing-masing manusia berbeda satu dengan yang lain sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dalam menilai satu karya seni.
Keserasian
Berasal dari kata "serasi" artinya cocok atau sesuai, memilki faktor perpaduan dan keseimbangan.
Dalam hubungannya dengan keindahan, keserasian memiliki makna perpaduan antara berbagai unsur yang menjadi satu sehingga menimbulkan satu bentuk keindahan. Sehingga keserasian memiliki hubungan yang erat kaintannya dengan keindahan, tanpa adanya keserasian, keindahan tidak akan terwujud dalam sebuah karya atau benda yang diciptakan manusia dalam tujuan estetika.
Renungan
Renungan merupakan suatu hasil dari pemikiran atau sikap merenung yang merupakan buah pemikiran dalam menciptakan sesuatu. Dalam seni terdapat tiga teori renungan , yaitu: teori pengungkapan, teori metafisik, teori psikologik.
Teori Pengungkapan:
Dalil dari teori ini adalah "Art is an expression of human feeling". Teori ini berkaitan dengan keadaan seniman ketika sedang menciptakan sebuah karya seni. Ketika seseorang menciptakan sebuah karya seni dibutuhkan banyak nilai-nilai kreatifitas dan inspirasi yang bergabung menjadi satu untuk dipadukan menjadi sebuah karya seni yang memiliki cita rasa estetika yang tinggi.
Teori Metafisik
Merupakan salah satu bentuk teori seni yang tertua terhintung sejak jaman Plato di mana menekankannya pada keindahan estetik filsafati. Dengan teori imitasi dari Plato yang terkenal di mana Plato mengungkapkan bahwa realita duniawi merupakan sebuah cerminan dari dunia keilahian.
Artinya karya seni yang diciptakan manusia pada dasarnya merupakan suatu bentuk peniruan manusia terhadap ciptaan Tuhan.
Teori Psikologis
Teori metafisis para filsuf yang bergerak di atas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi dari ide tertinggi atau kehendak semesta pada umumnya tidak memuaskan. Sehingga muncullah teori-teori psikoanalisa yang menyatakan bahwa seni merupakan wujud dari penggambaran yang terdapat di dalam alam bawah sadar sang seniman ketika ia menciptakan sebuah karya seni.
Teori-teori Keserasian:
Teori Obyektif dan Teori Subyektif
Teori Obyektif berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori Subyektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanyalah perasaan dalam diri seseorang yang mengamati benda tersebut.
Referensi:
Sutrisno, Mudji, 2006: "Oase Estetis: Estetika Dalam Kata dan Sketsa"(Yogyakarta: Kanisius)
Read More...
Selasa, 26 Oktober 2010
Manusia dan Cinta Kasih
Dalam tulisan berikut akan dijabarkan beberapa hal yang menyangkut hubungan yang mengikat antara manusia dan cinta kasih.
Kedua hal yang bersifat mengikat dan berperan cukup luas dalam membentuk karakteristik pribadi seseorang.
Cinta secara umum dapat diartikan sebagai perasaan simpati terhadap sesama yang dapat ditunjukkan dengan berbagai cara sesuai dengan apa yang diingini, perasaan cinta tidak terbatas kepada sepasang muda-mudi yang saling menujukkan rasa sayang tapi secara universal lebih mengarah kepada perasaan simpati maupun empati yang ditunjukkan.
Kasih adalah suatu perasaan ingin memberi kepada sesama.
Sehingga dari dua definisi yang saya jabarkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Cinta Kasih adalah suatu perasaan ingin memberi atau menunjukkan rasa cinta kepada sesama manusia.
TEORI SEGITIGA CINTA
Teori Segitiga Cinta (Triangular Theory of Love)adalah teori yang pertama kali dicetuskan oleh Sternberg yang mengacu kepada tiga hal berikut ini:
(a) Intimacy (elemen emosional)
(b) Passion (elemen fisiologis)
(c) Commitment (elemen kognitif)
Tiga Tingkatan Cinta
Pertama, cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu. Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi.
Kedua, cinta atas dasar mengharap ridho kekasih. Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya.
Ketiga, cinta atas dasar mengharap Ridho Tuhan sekaligus ridho kekasih. Inilah cinta sejati. Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Tuhan, Sang Pencipta Cinta.
Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang adalah memberikan/menyebarkan perasaan sayang kepada orang lain secara tulus tanpa peduli apakah orang lain itu akan membalas dengan hal yang setimpal.
Artinya memberikan sesuatu tanpa mengharapkan pamrih dalam bentuk apapun.
Dalam hal perkembangan seorang anak dalam bertumbuh menjadi dewasa peran orang tua sangat berpengaruh besar dalam proses tumbuh-kembang seorang anak dan membentuk mentalitas serta pola pikir anak tersebut di masa depan.
Dalam hal ini kasih sayang sangat dibutuhkan sehingga orang tua harus mampu menunjukkan sifat kasih sayang kepada anak guna membentuk kepribadian anak tersebut menjadi pribadi yang baik yang mampu berbaur dalam sistem masyarakat.
Pembagian cinta kasih orang tua tersebut dapat dilihat dalam:
(1) Orang tua bersifat aktif, anak bersifat pasif
Dalam hal ini orang tua mampu memenuhi segala hal yang diingini anak secara materiil dan anak menerima tanpa memberikan respon kembali, hal ini dapat membentuk kepribadian anak yang tertutup dan tidak mampu memegang kendali.
(2) Orang tua bersifat pasif, anak bersifat aktif
Dalam hal ini kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tua cenderung berlebihan dan tidak memperhatikan respon yang diberikan sang anak sehingga cenderung mendiamkan dan sang anak merespon sikap orang tua tersebut dengan menganggap bahwa segala hal yang dilakukannya adalah "BENAR".
(3) Orang tua bersifat pasif, anak bersifat pasif
Terlihat jelas bahwa kedua belah pihak tidak memiliki titik temu dalam komunikasi sehingga cenderung terlihat tidak peduli satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk pribadi anak yang tidak mampu bersosialisasi dengan masyarakat.
(4) Orang tua bersifat aktif, anak bersifat aktif
Merupakan bentuk terbaik dari interaksi kasih sayang antara anak dan orang tua di mana kedua belah pihak saling berbagi kasih sayang.
Kemesraan
Berasal dari kata mesra, yaitu perasaan cinta yang melekat dan merasuk sehingga dapat juga disebut sifat simpati yang akrab atau karib.
Kemesraan terjadi akibat adanya kontak batin antara dua orang yang meilkii perasaan saling mencintai satu dengan yang lainnya, sehingga kata "kemesraan" identik dengan keindahan dan keharmonisan hubungan.
Dengan adanya kemesraan manusia dapat melihat bukti langsung dari sebuah estetika cinta, kemesraan adalah buah dari cinta, dengan adanya cinta kemesraan terbentuk sebagai bukti nyata yang terjadi antar manusia di seluruh dunia.
Kemesraan dapat menimbulkan berbagai hal yang terkadang mustahil untuk dipikirkan, manusia mampu berbuat dan bertindak lebih di dalam "kemesraan"-nya dengan dunianya. Dan menunjukkannya dalam berbagai bentuk untuk kemudian dinilai oleh masyarakat.
Banyak sekali contoh puisi yang menunjukkan kemesraan salah satunya adalah
Puisi karya Khalil Gibran yang berjudul "Kekasihku, Layla"
Kekasihku, Layla ~ Khalil Gibran
Kemarilah, kekasihku.
Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku.
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta…
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur itu.
Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku.
Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku.
Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran darah.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu.
Ciumlah aku, kekasih jiwaku… sebelum orang-orang melihat tubuhku…
Ciumlah aku… ciumlah, Layla…
Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu bentuk pengungkapan cinta antara manusia dan Tuhan, di mana manusia melakukan semacam ritual pemujaan yang diyakini sesuai ajaran agama yang masing-masing dianut di mana segala hal yang dilakukan tersebut tertuju pada satu pribadi ke-Tuhan-nan.
Belas Kasihan
Belas kasihan adalah bentuk simpati dan empati yang timbul akibat kepekaan seorang manusia terhadap sesamanya yang mengalami nasib yang buruk, baik secara spontan maupun terarah.
Terkadang sifat belas kasihan seseorang dapat timbul begitu saja dalam bentuk persaaan iba maupun tindakan menolong secara langsung.
Contoh: Ketika kita melihat ada seorang pengemis yang datang menghampiri kita secara langsung muncul rasa iba dalam hati kita, dan bahkan kita dapat memberikan pertolongan secara langsung dengan memberikan sedekah kepada pengemis tersebut.'
Sehingga rasa belas kasihan tersebut muncul tanpa adanya arahan yang terorganisasi dari pihak-pihak tertentu.
Contoh: Ketika terjadi bencana alam di suatu daerah di Indonesia, ketika kita melihat tayangan di televisi mengenai penderitaan korban yang ada di sana, hati kita tergerak untuk menolong, sehingga kita secara langsung mendaftar sebagai relawan untuk turun langsung ke daerah bencana atau kita menghimpun dana dari masyarakat untuk disumbangkan kepada para korban di daerah yang terkena bencana tersebut.
Cinta Kasih Erotis
Read More...